Antara Blue Energy dan Markonah yang Menipu Soeharto

MARKONAH. Ingat Markonah? Kusmayanto Kadiman bertanya. Saya yang duduk di sebelah kanannya, menggelengkan kepala.

Teman-teman yang duduk di sekeliling meja pun memberikan isyarat “nggak ngeh”.

Markonah adalah nama seorang wanita yang beberapa tahun lalu berhasil mengelabui Soeharto. Ia mengaku bayi di dalam kandungannya dapat berbicara. Soeharto menyempatkan diri bertemu dengan Markonah, dan percaya bahwa bayi dalam perut Markonah sungguh bisa berbicara.

Belakangan diketahui, Markonah hanya membual. Ia tidak hamil, dan bukan bayi yang ada di perutnya, melainkan sebuah tape kecil. Kusmayanto Kadiman, Menteri Riset dan Teknologi, menutup cerita disambut tawa.

Saya, dan beberapa teman yang hadir dalam makan malam di Willows Restaurant, di Honolulu itu, pernah mendengar cerita itu. Terjadi di saat Soeharto dan Orde Baru sedang begitu gagahnya. Tetapi kami tidak ngeh saat Kusmayanto yang mantan Rektor ITB menyebutkan nama Markonah. Nama Markonah hampir dilupakan orang, yang tertinggal adalah tindakannya mengelabui bos besar Orde Baru.

Sebelum menulis posting ini, saya sudah coba cari di google, pun tidak ada informasi tentang kasus ini.

Well, that is the story of Markonah and the speaking womb.

Mengapa Menristek sampai bercerita tentang Markonah?

Awalnya saya kembali bertanya padanya mengenai blue energy yang pernah diperkenalkan Presiden SBY di arena Climate Change Conference di Bali bulan Desember lalu. Silakan klik disini.

Pertanyaan ini sudah saya sampaikan malam sebelumnya, ketika menyambut kehadiran Pak Menteri di acara Indonesian Night 2008. Tetapi dalam sambutannya, juga dalam tanya jawab dengan warga Indonesia, Pak Menteri tidak menyinggung soal blue energy ini. Tentu ia bicara banyak hal, termasuk krisis energi, tetapi tidak tentang blue energy.

Tadinya saya kira ia lupa. Makanya, dalam kesempatan makan malam dengan mahasiswa Indonesia di Hawaii, saya tanya lagi, “bagaimana nasib blue energy?”

Lalu ia pun memulai jawabannya dengan cerita tentang Markonah di atas.

Menristek mengingatkan kasus serupa Markonah yang terjadi di tahun 2002.

Percaya pada wangsit Menteri Agama Prof Dr Said Agil Husin Al Munawar memerintahkan penggalian di situs purbakala Batu Tulis di depan Istana Batu Tulis, Bogor. Konon di bawah prasasti Batu Tulis akan ditemukan harta karun.

Menristek mengatakan dirinya ada di belakang SBY ketika sang presiden mengumumkan pada dunia internasional tentang bahan bakar ramah lingkungan yang terbuat dari air, ditemukan seorang laki-laki asal Nganjuk, Joko Suprapto, dan telah dicoba penggunaannya oleh rombongan yang berangkat dari rumah presiden di Cikeas menuju Bali, lokasi konferensi.

Presiden bahkan ikut jongkok untuk mencium bau asap hasil pembakaran bahan bakar dari air itu.

Tetapi menurut Menristek, bau asap pembakaran dari apa yang disebut sebagai blue energy itu sama saja dengan bau asap knalpot kendaraan lain yang memiliki pembakaran baik. Bukan asal knalpot metro mini atau bis-bis tua di Jakarta yang dipaksa jalan.

Kusmayanto tidak tahu menahu dengan blue energy itu. Kementerian Riset dan Teknologi tidak dilibatkan. Ini sepenuhnya pekerjaan Staf Khusus Presiden untuk urusan otonomi daerah Heru Lelono.

Mengapa Kementerian Riset dan Teknologi tidak dilibatkan dalam proyek yang begitu besar dan strategis seperti ini?

Menjawab pertanyaan itu, Menristek mengangkat kedua bahu.

Kantor Kementerian Ristek pernah dikirimi satu jerigen bahan bakar dari air itu, kata Kusmayanto lagi. Hanya itu. Mereka tidak diberi tahu apa saja kandungan yang ada di dalamnya dan bagaimana proses produksinya. Dan tidak bisa menguraikan atau melakukan proses sintesa hanya dengan menggunakan satu jerigen sample itu.

Setahu Kusmayanto, proses melepaskan unsur hidrogen (H) dari unsur oksigen (O) yang ada pada air (H2O) bukanlah pekerjaan yang mudah. Menguraikan kedua unsur itu membutuhkan biaya yang begitu besar, sehingga disimpulkan biaya yang digunakan untuk mengurai kedua unsur itu akan jauh lebih besar dari biaya untuk memproduksi BBM.

Terlepas dari keraguannya akan blue energy yang sudah diumumkan Presiden SBY, Kusmayanto menyimpan harapan di lubuk hati, semoga blue energy itu benar adanya.

Dia menduga, saat ini tim yang mengerjakan blue energy sedang bekerja keras untuk mematangan formula mereka sebelum kembali mengumumkannya.

Bulan Januari lalu, Staf Khusus Presiden Heru Lelono meminta saya menunggu hingga bulan April untuk mendengar kelanjutan dari blue energy itu.

Ini sudah bulan April, dan saya sedang sibuk dengan tugas-tugas kuliah. đŸ™‚

Author: TeguhTimur

Born in Medan, lives in Jakarta, loves Indonesia.

10 thoughts on “Antara Blue Energy dan Markonah yang Menipu Soeharto”

  1. setahu saya markonah itu di jaman orde lama pak? kalo yang mengaji itu cut zahara fona

    memang memprihatinkan ya..

Leave a comment