Tera Mujhse Hai Pehle (Sekali-kali Lagu India…)

“Bang ini lagu yang dulu sering kita dengar bersama Mama.”
“Oh ya, lagu apa?”
“Lagu India.”

Nah lho. Lagu India. Adikku di seberang sana, beberapa hari lalu, kemudian mengirimkan file lagu itu dalam format MP3. Sambil terheran-heran membaca judulnya, aku main klik saja, accept. Lalu connecting, transferring dan completed.

“Mimpi apa tadi malam, siang-siang disuruh mendengarkan lagu India,” ingin ku bertanya.

Eh, belum sempat pertanyaan itu aku ketik, adikku kembali mengirimkan file MP3. Dari judulnya jelas, ini lagu India lagi. Lalu lagi, dan lagi. Entah berapa kali.

Setelah selesai mengirimkan lagu-lagu India itu, barulah dia mengirimkan beberapa file video dokumenter berisi pidato Bung Karno di masa pendudukan Jepang, dan ketika si Bung berpidato di depan Istana Merdeka di tahun 1949 setelah empat tahun lamanya meninggalkan Jakarta mengungsi ke Jogjakarta. Beberapa dari video itu, terutama dokumentasi di era pendudukan Jepang sudah pernah aku saksikan ketika mengunjungi Rengas Dengklok dua tahun lalu. Karena lebih nyambung denganku, file-file ini yang lebih dahulu aku santap dengan Quick Time Player.

Adapun file-file MP3 berjudul India itu untuk sementara aku lupakan.

Nah, baru tadilah, setelah membaca “Why Is History Antitheoretical?”—artikel yang ditulis Prasenjit Duara dan dimuat di jurnal Modern China edisi April 1998—aku kembali teringat pada lagu-lagu India yang dikirimkan adikku. Bukan, bukan karena Professor Prasenjit Duara yang ketua jurusan sejarah University of Chicago itu kelahiran Assam, India. Juga bukan karena isi tulisan Duara, maka aku teringat pada lagu-lagu India yang dikirimkan adikku.

Tulisan Duara yang baru selesai aku baca itu mengenai metodologi historiografi dalam penulisan sejarah nasionalisme. Kata Duara, “The space of the nation is the territorially bounded geobody moving forward in time.”

Tidak seperti pada sejarah tradisional, sejarah modern bergerak linear mengikuti hukum perubahan evolusi (bukan lawan revolusi). Linearity gerakan itu diumpamakan sebagai linearitas gerakan evolusi species. Seperti halnya species makhluk hidup, dari perspektif sejarah modern, species nation ini juga dapat “berbalik” atau regress, kehilangan sifat unity, atau menerima “new blood” dari manapun sehingga “bermutasi” menjadi bentuk yang berbeda, mulai dari sedikit berbeda sampai ekstrem yang sama sekali berbeda. Seperti sejarawan pendahulunya di era 1940-an, Hans Kohn yang berdarah Israel, Duara juga melihat bahwa nationalisme adalah produk dari proses sejarah. Ia adalah hasil dari kesadaraan sejarah pada ruang dan waktu tertentu. Kesadaran yang mana dapat berubah-ubah sesuai konteks zaman.

Nah, kembali ke lagu India tadi. Pokoknya, aku jadi ingat, bahwa beberapa hari lalu adikku mengirimkan lagu-lagu India, dan aku belum sempat mendengarkannya. Karena lagu-lagu ini, menurutnya, dulu sering kami dengarkan bersama almarhumah ibu kami yang hari kelahirannya 23 November lalu, maka aku merasa yakin harus mendengarkannya. Kalau tidak malam ini, bisa lupa lagi.

Masuk ke Finder, lalu aku temukan beberapa lagu India itu. Setelah klik sana-sini, lalu muncullah iTunes. Dan lagu India pertama pun terdengar. Entah judulnya apa. Tapi aku ingat sekali dengan iramanya. Alunan musiknya. Luar biasa. Lagu ini membawaku kembali ke masa-masa kecil dulu. Waktu aku masih di Medan, masih dekat dengan keluarga. Dan adikku benar, lagu ini memang sering kami dengarkan bersama ibu kami.

Penasaran apa judul lagu itu, aku kembali ke Finder untuk melihat nama filenya. “Tera Mujhse Hai Pehle”. Apa pula artinya ini? Dengan sedikit upaya mencari kesana kemari akhirnya ketemu juga beberapa informasi tentang lagu itu.

Sebelumnya, Anda yang tidak suka, atau alergi, mendengarkan lagu India, jangan buru-buru kabur. Lanjutkan membaca tulisan ini. Di bawah nanti Anda akan menemukan betapa indahnya syair lagu ini.

“Tera Mujhse Hai Pehle” adalah salah satu lagu dalam film India berjudul “Aa Gale Lag Ja”. Film produksi 1973 berdurasi 148 menit ini dibintangi Shashi Kapoor, Master Tito, Shatrughan Sinha, Jagirdar, Om Prakash, juga Sharmila Tagore, Sulochana, Shoba Khote, dan Usha Chaudhary. Serta disutradarai Manmohan Desai.

Mungkin, sekali waktu masih di Medan dulu, aku pernah menonton film ini. Tapi ketika menyaksikan kembali beberapa adegan film ini di Youtube, aku sama sekali tak mengingat barang satu adegan pun. Hanya irama lagunya dan alunan musiknya yang aku ingat pasti.

Sharmila Tagore and Shashi Kapoor adalah bintang utama film ini. Mereka bertemu di sebuah arena skating (masih pakai sepatu roda). Adegan Shashi Kapoor melancarkan rayuan mautnya sambil menyanyikan “Tera Mujhse Hai Pehle” akhirnya aku temukan di Youtube. Cinta mereka yang indah mendadak berubah menjadi tragis. Entah mengapa, keduanya harus berpisah. Tetapi tunggu dulu, dari sinopsis yang aku baca, di ujung cerita—seperti kebanyakan film India—mereka kembali bersatu. Happy ending.

Nah, berikut, adalah transkrip lagu “Tera Mujhse Hai Pehle”. (Yang nggak ngerti bahasa India langsung saja melompat ke English version di bawahnya…)

Tera Mujhse Hai Pehle Ka Naata Koi
Yoonhi Nahin Dil Lubhaata Koi
Tera Mujhse Hai Pehle Ka Naata Koi
Yoonhi Nahin Dil Lubhaata Koi
Jaane Tu Ya Jaane Na
Maane Tu Ya Maane Na

Tera Mujhse Hai Pehle Ka Naata Koi
Yoonhi Nahin Dil Lubhaata Koi
Tera Mujhse Hai Pehle Ka Naata Koi
Yoonhi Nahin Dil Lubhaata Koi

Dhuaan Dhuaan Tha Vo Samaan
Yahan Vahan Jaane Kahan
Dhuaan Dhuaan Tha Vo Samaan
Yahan Vahan Jaane Kahan
Tu Aur Main Kahin Milay Thay Pehle
Dekha Tujhe To Dil Ne Kaha

Jaane Tu Ya Jaane Na
Maane Tu Ya Maane Na

Tu Bhi Rahi Mere Liye
Main Bhi Raha Tere Liye
Tu Bhi Rahi Mere Liye
Main Bhi Raha Tere Liye
Pehle Bhi Main Tujhko Baahon Mein Leke
Jhooma Kiya Aur Jhooma Kiya

Jaane Tu Ya Jaane Na
Maane Tu Ya Maane Na

Dekho Abhi Khona Nahin
Kabhi Juda Hona Nahin
Dekho Abhi Khona Nahin
Kabhi Juda Hona Nahin
Ab Khel Mein Yoohin Rahenge Hum Dono
Vaada Raha Ye Is Shaam Ka

Jaane Tu Ya Jaane Na
Maane Tu Ya Maane Na

Tera Mujhse Hai Pehle Ka Naata Koi
Yoonhi Nahin Dil Lubhaata Koi
Tera Mujhse Hai Pehle Ka Naata Koi
Yoonhi Nahin Dil Lubhaata Koi
Jaane Tu Ya Jaane Na
Maane Tu Ya Maane Na

English version:

You and I must have some connection before
Otherwise, this heart isn’t enraptured just like that
We must have some past connection
Otherwise, no one would enrapture a heart like that

Whether you know it or not
Whether you agree or not
We must have some connection before
Otherwise, this heart isn’t enraptured just like that

That moment seems misty
Here or there, who knows where it took place
You and I have met somewhere before
This is what my heart tells me when I saw you

You and I must have some connection before
Otherwise, this heart isn’t enraptured just like that
Whether you know it or not
Whether you agree or not

You were meant for me
I was meant for you
In the past, I took you in my arms
And we swayed away

You and I must have some connection before
Otherwise, this heart isn’t enraptured just like that
Whether you know it or not
Whether you agree or not

Look, don’t disappear now
We must never separate
We will remain caught in this game (of love) forever

This is the promise of the night

You and I must have some connection before
Otherwise, this heart isn’t enraptured just like that
Whether you know it or not
Whether you agree or not

We must have some connection before
Otherwise, no one enraptures a heart like this

Author: TeguhTimur

Born in Medan, lives in Jakarta, loves Indonesia.

12 thoughts on “Tera Mujhse Hai Pehle (Sekali-kali Lagu India…)”

  1. hehe, terima kasih telah mengingatnya bang.
    lagu ini biasa diputar kak juli ketikapagi hari dan: emak menyediakan teh manis untuk papa (untuk kita semua sih sebenarnya, karena mamak selalu membuat teh manis di dalan ceret besar), kita semua berebutan untuk pergi ke kamar mandi.
    sekali putar lagu ini, kita tak hanya menerobos jarak, tetapi waktu seakan berputar kembali juga. Hehehe, waktu itu abang masih pakai seragam abu-abu. Kak manda udah di medan. mungkin sekitar tahu 1991/1992. (kalau aku tak salah ingat).

    Gimana serasa berada di rumah ‘kan ketika mendengarnya?

    1. Thanks buat abang yang sudah ngebuat blog tentang lagu ini, lagu ini sangat memorable buat saya karena lagu ini adalah lagu yang sering diputar Alm bapak saya dengan kaset sewaktu saya kecil, sampai sekarang saya berusia 25 tahun lagu ini menjadi lagu favorit saya yg juga masih didengarkan berulang-ulang. Mau nangis baca blog inii terimakasih banyaak abang yg sudah membuka lagi kenangan saya dengan Alm bapak tentang lagu ini.

  2. bisa nyanyiin gak guh? kalo kau bisa, manstap. aku jadi teringat lagu2 india klasik lagi. contohnya kabhie kabhie yang menampilkan Rajesh Khanna. judul pilemnya lupa aku.

  3. meregemana…tun jahe jahe..(warkop DKI)
    meregehese’..(aa gym)
    mere he amore (coffe with karan)
    keep the “he” beautiful euy!…
    viva sharuk khan!

  4. seKalee LAGI aq bLg,,

    aq mw nnton fiLM india bErulang-ulang kALee deeee,,
    eeehh,,tw gag sih??
    ada pNgusaha biOskoP,dalam 1 bioskop biKin sTudion’a sih bnyk,,tp giLiran mUter fiLm’na tak satupun tuh sTudio yg ada muter fiLm india,,kuRasa GOBLOKK bgt TUH SI PENGUSAHA,,gag tau slera gw aza,,

    VARIASI DUNK..VARIASII,,
    masa film HOROR meluluh,,
    ato
    1 tema doang..
    _boseen ahh_

  5. waktu saya kerja di aljazair(2bulan yg lalu) teman saya orang algeir putar lg ini disana, ternyata filmnya jg ngetop disana, bikin orang nangis kata mereka. sy jg bilang di indonesia dulu film ini jg ngetop banget, waktu itu sy msh remaja(tahun 87). makasih banget nih udah nulisin lyrics nya.

Leave a comment